1. Ruh orang beriman seperti burung terbang berwarna kehijauan, tinggal
di dalam sesuatu yang mirip kubah cahaya yang terbuat dari bahan
seperti emas di bawah ‘Arasyi. Nabi SAW bersabda tentang para syuhada
yang gugur dalam perang Uhud:
(جعل الله أرواحهم فى أجوافِ طيرٍ خضرٍ تَرِدُ أنهارَ الجنةِ وتأكل ثمارَها وَتَأْوِيْ
إلى قناديل من ذهب في ظلال العرش)
“Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna
kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari
buah-buahannya, dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di
bawah naungan ‘Arasyi.” (Hadis Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud dan
Hakim)
2. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui orang yang menziarahi
kuburnya. Nabi SAW bersabda:
(ما من أحد يمربقبر أخيه المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ
ورد عليه السلام)
“Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia
kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam
untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis
Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab
Al-Istidzkar dan At-Tamhid).,
3. Orang yang telah meninggal dunia saling kunjung-mengunjungi antara
yang satu dengan yang lainnya. Nabi Saw bersabda:
(سألت أم هانئ رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت: أنتزاور إذا متنا ويرى
بعضنا بعض يا رسول الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يكون النَسَمُ
طيرا تعلق بالشجر حتي إذا كان يوم القيامة دخلت كل نفس فى جسدها).
“Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah kita akan saling
mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang
lainnya wahai Rarulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab, “Ruh akan menjadi
seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai jika
datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya
masing-masing.” (HR. Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik).
4. Orang yang telah meninggal dunia merasa senang kepada orang yang
menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang yang tidak menziarahinya.
Nabi SAW bersabda:
(ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)
“Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk
kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan
menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu
Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).
5. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui keadaan dan perbuatan
orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan sedih atas perbuatan
dosa orang yang masih hidup dari kalangan keluarganya dan merasa gembira
atas amal shaleh mereka. Nabi SAW bersabda:
i. (إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان خيرا
استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا)
“Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan
keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik,
maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu,
maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai
Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan
hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam musnadnya).
ii. (تعرض الأعمال يوم الإثنين ويوم الخميس على الله، وتعرض على الأنبياء
وعلى الآباء والأمهات يوم الجمعة فيفرحون بحسناتهم وتزداد وجوههم بياضا
وإشراقا فاتقوا الله ولا تؤذوا أمواتكم)
“Seluruh amal perbuatan dilaporkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan
Kamis, dan diperlihatkan kepada para orangtua pada hari Jum’at. Mereka
merasa gembira dengan perbuatan baik orang-orang yang masih hidup, wajah
mereka menjadi tambah bersinar terang. Maka bertakwalah kalian kepada
Allah dan janganlah kalian menyakiti orang-orang kalian yang telah
meninggal dunia.” (HR. Tirmidzi dalam kitab Nawâdirul Ushûl).
6. Orang-orang beriman hidup di dalam surga bersama anak-cucu dan
keturuanan mereka yang shaleh.
(وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ
عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ)
“Dan orang-orang beriman yang anak-cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka. Kami tidak
mengurangi dari pahala amal mereka sedikitpun. Setiap orang terkait
denga apa yang telah dia kerjakan.” (At-Thur: 21)
7. Orang mukmin dapat melihat Allah SWT bagaikan melihat bulan purnama.
(عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ هَلْ
تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ فِي الظَّهِيرَةِ لَيْسَتْ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَهَلْ تُضَارُّونَ فِي
رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا
تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ إِلَّا كَمَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا) رواه البخاري ومسلم.)
“Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, “Para sahabat bertanya, “Wahai
rasulullah, apakah kita akan dapat melihat tuhan kita pada hari kiamat?
Rasulullah SAW menjawab, “Apakah kalian ada kendala melihat matahari di
sianghari yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Rasulullah
kembali berkata, “Apakah kalian ada kendala melihat bulan di malam
purnama yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Raulullah SAW
melanjutkan, “Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak
ada kendala melihat tuhan kalian kecuali seperti kalian melihat matahari
atau bulan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ma’asyiral mukminin rahimakumullah…
Dari penjelasan beberapa dalil yang telah kita sebutkan tadi, ada
beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil, di antaranya adalah pendapat
Ibnul Qaim Aj-Jauziyyah yang mengatakan:
Hadis tentang mayit mengetahui dan menjawab salam orang yang
menziarahinya tidak berarti bahwa ruh ada di dalam liang kubur di dalam
tanah. Bukan seperti itu, melainkan bahwa ruh punya keterkaitan khusus
dengan jasadnya. Di mana jika ada yang mengucapkan salam untuknya, dia
akan menjawabnya. Ruh berada di suatu alam yang bernama alam Barzakh di
suatu tempat yang bernama Ar-Rafîqul `A’lâ. Alam ini tidak sama dengan
dunia kita, bahkan jauh berbeda. Hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui
lika-liku dan detail-detailnya.
Dari dalil-dalil tadi juga bisa di simpulkan, bahwa tempat para arwah
berbeda-beda dan bertingkat-tingkat derajatnya sesuai amal shaleh
mereka.